Minggu, 13 Juli 2014

Pisang Molen Mini

Hari, Tgl Kegiatan    : Sabtu, 12 Juli 2014
Kegiatan                  : K1
Bentuk Kegiatan      : Penyuluhan
Sasaran Kegiatan     : Pedagang
Uraian Kegiatan       :
             

   Kegiatan kali ini saya, Ariani Ika Fidianti bersama dengan Agus Apriyanto. Kami melakukan observasi kepada pedagang molen mini yang pernah kami lihat di sekitar SDN Boro. Karena saat ini masih bulan puasa, pedagang molen ini baru berjualan disore hari dan tempat berjualannya juga pindah di daerah ruko dekat desa Boro. Hal ini karena selama bulan puasa tidak ada kegiatan belajar mengajar di SDN Boro sehingga pedagang harus pindah lokasi untuk mencari pembeli.

   Kenapa kami memilih mengobservasi pedagang molen mini ? Seperti kita tau, pisang molen adalah sejenis jajanan pasar yang murah dan nikmat. Makanan ringan yang termasuk jenis jajanan pasar ini banyak disukai oleh masyarakat luas, baik dari kalangan orang tua, anak muda maupun anak-anak. Dan disekolah-sekolah banyak dijumpai pedagang pisang molen dalam bentuk mini yang tentu harganya sangat murah sehingga terjangkau oleh uang saku anak-anak.
   Tetapi kita sebagai orang tua ataupun orang yang lebih dewasa harus selalu mengingatkan anak-anak agar tidak jajan sembarangan, harus selektif dalam memilih panganan yang akan dikonsumsi , apakah panganan itu higienis dan tidak mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan karena kondisi ketahanan tubuh anak-anak lebih rentan terhadap peyakit.


Pengolahan tidak Higienis
   Seperti pedagang pisang molen mini yang kami temui ini, terlihat dalam pengolahannya kurang higienis. Pisang yang sudah dipotong kecil-kecil hanya ditaruh dikeranjang tanpa ditutupi sehingga terlihat pisangnya mulai berwarna kecoklatan karena terlalu lama dalam ruang terbuka. Begitu juga dengan adonan kulit molennya , kami melihat si pedagang ini mengiris adonan dengan pisau yang kotor dan adonan digiling diruang terbuka sehingga dapat terkontaminasi dengan debu .


Minyak untuk menggoreng digunakan berkali-kali
   Kami juga melihat minyak yang digunakan untuk menggoreng pisang molen mini ini sudah berwarna coklat keruh karena dipakai berkali-kali tanpa diganti. Padahal minyak goreng hanya boleh 2 kali pemakaian. Ketika pedagang ditanya kenapa minyaknya sampai keruh begitu , pedagang menjawab karena dengan cara begitu dapat menghemat biaya. Hal ini tentu miris karena pedagang hanya memikirkan untung tanpa memperhatikan kesehatan konsumennya.

   Satu lagi hal yang kami sorot adalah terlihat pedagang ini menerima uang pembeli lalu menjuali  dan kembali mengolah pisang molen mini yang diolah dengan tangan telanjang tanpa menggunakan sarung tangan dan parahnya tanpa mengelap tangan dengan serbet sama sekali. Padahal setelah menerima uang seharusnya malah langsung mencuci tangan karena uang adalah salah satu sumber kuman. 

   Dan yang terakhir adalah pembungkus yang dipakai oleh pedagang ini adalah kantong kresek. Seperti diketahui bahwa kantong kresek tidak baik sebagai pembungkus apalagi untuk jenis gorengan seperti pisang molen mini yang dibungkus selagi panas, karena beresiko melepaskan bahan kimia yang bisa membahayakan bagi kesehatan.


   Setelah selesai mengobservasi , kami memberikan saran pada pedagang agar mengganti pembungkus dengan kertas minyak atau paling tidak diberi alas kertas minyak sebelum dimasukkan ke kantong kresek dan menyediakan ember air untuk cuci tangan dan membersihkan perkakas yang kotor. Serta dua serbet ,yang satu untuk mengelap meja dan perkakas yang kotor dan satu lagi untuk mengelap keringat dan tangan agar higienis. Tidak lupa juga memberi tahu kalau tidak baik menggunakan minyak berkali-kali sampai berubah warna menjadi coklat keruh seperti itu.



0 komentar

Posting Komentar